DERMATITIS MEDIKAMENTOSA


Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di bandingkan dengan melasma bedanya yaitu plak hiperpigmentasi batas nya tidak tegas.

Pada pemeriksaan lesi berwarna hitam berbatas tegas, makula hiperpigmentasi akibat inflamasi di sertai gatal setelah penggunaan obat, pengunaan obat yang menyebabkan fixed drug eruption diantaranya yaitu Aspirin, Salisilat, Sulfonamid, Tetrasiklin, Penisilin.
Pada pasien yang menyebabkan penyakit fixed drug eruption kemungkinan meminum salah satu obat diatas.
Untuk menentukan diagnosis pasti dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium :
1. hitung eosinofil (menggunakan mikroskop)
2. uji kulit
3. tes provokasi
tes ini dilakukan untuk penderita yang diduga menderita kelainan kulit yang disebabkan penggunaan obat-obatan yang digunakan peroral.
Prognosis umumnya baik
Penatalaksanaan
Topikal :
1. Topcort
2. Emolin lanolin 10%
Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%
Sistemik /oral :
Sistemik
1. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik. Obat kortikosteroid yang sering digunakan di RSCM
Tablet prednison (1 tablet = 5 mg ) . Pada kelainan urtikaria, eritema, dermatitis, medikamentosa, purpura, eritema nodosum, eksantema, fikstum, dan P.E.G.A karena laergi obat, dosis standar untuk orang dewasa ialah 3x10 mg prednison sehari. Pada eritrodermia dosisnya ialah 3x10 mg sampai 4x10 mg sehari
2. Antihistamin
Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang kalau dibandingkan dengan kortikosteroid.
  • Metil prednisolon 8 mg 3x1
1. Pada penderita dengan hipertensi , gangguan kor dan kead lain yang retensi garam merupakan masalah , maka dipilih kortikosteroid yg efek mineralokrtikoidnya sedikit/tidak ada, terlebih2 bila dibutuhkan ks dosis tinggi,
2. Kerja sedang (12-36 jam ) dosis 4,0 , potensi glukortikoid tiggi (5) , potensi mineralokrtikoid 0
  • Cetirizine 10 mg 1x1
1. Tiap kapsul mengandung cetirizine dihidroklorida 10 mg
2. Cara Kerja Cetirizine adalah metabolit aktif dari hidroksizin dengan kerja kuat dan panjang.
3. Merupakan antihistamin selektif, antagonis reseptor H1 periferal dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.
Indikasi
Cetirizine diindikasikan untuk pengobatan perenial rinitis, alergi rinitis dan urtikaria idiopatik kronis.
Dosis
Dewasa dan anak ≥ 12 tahun : 1 x sehari 1 kapsul
Over dosis
Rasa kantuk dapat timbul pada pemakaian 50 mg secara dosis tunggal. Dapat terjadi agitasi pada anak-anak.
Efek Samping
Cetirizine mempunyai efek samping yang bersifat sementara antara lain : sakit kepala, pusing, rasa kantuk, agitasi, mulut kering dan rasa tidak enak pada lambung. Pada beberapa individu, dapat terjadi reaksi hipersensitifitas termasuk reaksi kulit dan angiodema.
  • Ranitidin 150 mg 3x1 ac
adalah antihistamin penghambat reseptor H2 (AH2). Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung. Dalam menghambat reseptor H2, ranitidine bekerja cepat, spesifik dan reversibel melalui pengurangan volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung. Ranitidine juga meningkatkan penghambatan sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin.
Pada pemberian oral, ranitidine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap, tetapi sedikit berkurang bila ada makanan atau antasida. Pemberian dosis tunggal 150 mg ranitidine, kadar puncak dalam darah akan tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian, waktu paruh kira-kira 3 jam dan lama kerja sampai 12 jam.  Ranitidine diekskresi terutama bersama urin dalam bentuk utuh (30%) dan metabolitnya, serta sebagian kecil bersama feses.
Dosis:
Terapi oral
Dewasa:
Tukak lambung, duodenum dan refluk esofagitis, sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur malam, selama 4 – 8 minggu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan fixed drug eruption. Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan nenghindari allergen dan mencegah terjadinya reaksi alergi.