DERMATITIS SEBOROIK


Dermatitis Seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. Dermatitis Seboroik dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan faktor penyebab.


Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat penyakit.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit antara lain : Umur (orang dewasa), Jenis Kelamin Lebih sering pada pria, makanan (konsumsi lemak dan minum alcohol), Iklim (musim dingin), kondisi fisik dan psikis (status imun, stress emosional), dan lingkungan yang menyebabkan kulit menjadi lembab.
Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup oleh krusta yang kotor, dan berbau tidak sedap. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikuler, leher, liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sternal, areola mamae, lipatan dibawah mamae pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital.
Status Dermatologi pada pasien ini didapatkan pada kulit kepala dan tengkuk tampak patch eritem, batas tegas, tepi ireguler, pada lesi tampak skuama kasar dan krusta kekuningan, berminyak dan berbau. Hal ini sesuai untuk efloresensi dari dermatitis seboroik, tampak macula eritematosa yang ditutupi oleh papula-papula miliar berbatas tidak tegas, dan skuama halus putih berminyak atau skuama kasar. Kadang ditemukan erosi dengan krusta yang sudah mongering berwarna kekuningan
Diagnosis Banding pada pasien adalah dermatitis seboroik, psoriasis seboroik, tinea kapitis dan pityriasis rosea. Meskipun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, tetapi dengan pemeriksaan fisik yang cermat diagnosis dermatitis seboroik dapat diegakkan. Untuk menyingkirkan diagnosis banding yang lain dapat dilihat dari gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik  adalah skuama yang berminyak dan kekuningan berlokasi di daerah atau tempat-tempat seboroik. Sedangkan Psoriasis seboroik berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama yang berlapis-lapis dan kasar, disertai dengan tanda tetesan lilin dan Auspitz, gambaran histopatologi dapat membedakannya. Tinea barbae, berbeda dengan dermatitis seboroik dari lokasinya biasa pada daerah jenggot, Tinea kapitis biasanya tampak bercak-bercak botak dengan abses yang dalam, rambut putus-putus dan mudah dilepas, pemeriksaan KOH 10% akan memberikan hasil positif. Pityriasis rosea, berupa makula eritematosa anular dan solitary bentuk lonjong  dengan skuama halus, mengikuti arah lipatan kulit dan kadang menyerupai gambaran pohon cemara, terdapat herald patch.
Jika di rumah sakit terdapat fasilitas pemeriksaan penunjang yang lengkap, maka dapat dilakukan pemeriksaan kerokan untuk mengetahui gambaran histopatologi, pemeriksaan mikroflora dari kulit kepala untuk melihat Pityrosporum Ovale, menentukan indeks mitosis pada kulit kepala yang berketombe. Kemudian untuk menyingkirkan diagnosis yang lain dapat dilakukan pemeriksaan KOH 10%.
Penanganan / Penatalaksanaan / Pengobatan / Terapi Dermatitis Seboroik
Pengobatan pada pasien diberikan secara sistemik dan topikal. Pengobatan Sistemik menggunakan kortikosteroid berupa metilprednisolon 4 mg diberikan 3 kali sehari, jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Pasien juga mendapat antihistamine berupa interhistin untuk mengurangi rasa gatal dan derajat keparahan penyakit.
Selain itu dapat diberikan Isotetrinoin pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Kalau disertai infeksi sekunder diberi antibiotic (penisilin, eritromisin). Bila terdapat P.Ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.
Pengobatan Topikal, diberikan sampo ketokonazol. ketokonazol digunakan seminggu 2-3 kali kulit kepala dikeramas selama 5-15 menit, Obat lain yang dapat digunakan untuk dermatitis seboroik adalah Ter  (likuor karbonas detergens 2-5%), Resorsin1-3%, Sulfur praesipitatum 4-20%  dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%, Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 2 ½ %. Pada kasus dengan inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat.
Kesimpulan
Dermatitis seboroik mempunyai gambaran klinis dan tempat predileksi yang khas, sehingga untuk menegakkan diagnosis dapat hanya dengan pemeriksaan fisik, tetapi untuk kasus yang berat dengan fasilitas pelayanan yang memadai dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Pengobatan diberikan secara sistemik dengan kortikosteroid, antifungal dan antihistamin, secara topical sampo. selain itu diberikan edukasi untuk mencegah faktor pencetus dan mengurangi derajat keparahan penyakit.