Hipermetropia


Hipermetropia

Hipermetropia. Hipermetropia merupakan kelainan refraksi di mana dalam keadaan mata tidak berakomodasi, semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak hingga dibiaskan di belakang retina dan sinar divergen yang datang dari benda-benda pada jarak dekat difokuskan (secara imaginer) lebih jauh lagi di belakang retina.

Hipermetropia dapat digolongkan berdasarkan kausanya yaitu hipermetropia aksial (aksis mata terlalu pendek, misalnya pada mikroftalmus), hipermetropia kurvatura (daya bias mata berkurang misalnya pada kornea plana, sklerosis lensa karena usia >40 tahun), hipermetropia indeks bias (timbul pada penderita DM, mungkin dengan pengobatan yang berlebihan sehingga kadar gula di humor aquos menjadi sangat rendah dan daya biasnya berkurang), hipermetropia posisi (terjadi bila posisi lensa ke belakang menyebabkan fokus juga ke belakang).
Lensa mata penderita hipermetrop harus terus berakomodasi (meningkatkan indeks bias) untuk bisa memfokuskan cahaya tepat jatuh di retina. Akibat akomodasi terus-menerus, timbul kelelahan pada mata.
Ada 3 macam hipermetropi yaitu :
1. Hipermetropi manifes ditentukan dengan lensa sferis (+) terbesar yang memberikan visus sebaik-baiknya. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa sikloplegi (obat yang melumpuhkan otot siliaris). Kekuatannya sesuai dengan banyaknya akomodasi yang dihilangkan, bila lensa sferis (+) diletakkan di depan mata. Hipermetropia ini dibedakan atas hipermetropia manifes absolut dan fakultatif.
  • Manifes fakultatif merupakan hipermetropia yang masih dapat diatasi dengan akomodasi.
  • Manifes absolut tidak dapat diatasi dengan akomodasi.
2. Hipermetropi total merupakan seluruh derajat hipermetrop, yang didapatkan setelah akomodasi dilumpuhkan atau pada relaksasi musculus siliaris, misalnya pada pemberian sikloplegia. Hasilnya lebih besar daripada hipermetrop manifest.
3. Hipermetropi laten merupakan selisih antara hipermetropia total dan manifes, menunjukkan kekuatan tonus dari musculus siliaris.
Hipermetrop dapat dikoreksi dengan lensa sferis (+). Metode koreksinya bisa menggunakan metode fogging (pengkaburan). Misalnya pada pasien ini dengan visus jauh 6/20, kita tambahkan lensa S+3,00 dioptri (sehingga pandangannya menjadi kabur). Kemudian kita tambahkan S-0,25 (ukuran terendah) setahap demi setahap, sampai pasien merasa nyaman untuk melihat. Dengan ini diharapkan kita dapat mencapai ukuran lensa sferis (+) terbesar di mana pasien merasa nyaman unutk melihat.
Pada pasien juga bisa dilakukan pembedahan refraksi dengan LASIK (laser-assisted in situ keratomielusis). Pada metode ini kornea diablasi bagian perifernya dengan laser sehingga bagian sentralnya lebih tinggi. Dengan demikian kita akan mendapatkan efek refraksi yang diharapkan (meningkatkan indeks bias).
Kesimpulan
Hipermetropia merupakan kelainan refraksi di mana dalam keadaan mata tidak berakomodasi, semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak hingga dibiaskan di belakang retina dan sinar divergen yang datang dari benda-benda pada jarak dekat difokuskan (secara imaginer) lebih jauh lagi di belakang retina. Hipermetrop dapat dikoreksi dengan lensa sferis (+).
Metode koreksinya bisa menggunakan metode fogging (pengkaburan). Pada pasien juga bisa dilakukan pembedahan refraksi dengan LASIK (laser-assisted in situ keratomielusis). Pada metode ini kornea diablasi bagian perifernya dengan laser sehingga bagian sentralnya lebih tinggi. Dengan demikian kita akan mendapatkan efek refraksi yang diharapkan (meningkatkan indeks bias).