LARYNGEAL MASK AIRWAY

Penatalaksanaan anestesi dan reanimasi meliputi evaluasi pre-op yaitu  penilaian status anastesi pasien berupa evaluasi status generalis dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang lain sesuai dengan indikasi; persiapan Pra Operatif meliputi persiapan rutin operasi (pemeriksaan penunjang [laboratorium, rontgen, EKG, EEG, dll.]), persiapan donor (bila ada indikasi); premedikasi yang diberikan secara intravena 30 – 45 menit pra induksi dengan obat-obat berupa: petidin 1,0 – 2,0 mg/kgBB; Midazolam    : 0,04 – 0,10 mg/kgBB; Atropin 0,01 mg/kgBB. Pilihan anestesi pada kasus ini adalah anestesi umum dengan inhalasi (imbang) dengan pemasangan LMA atau pipa endotrakea atau TIVA. Namun mengingat TIVA sangat bergantung pada waktu paruh obat, variasi individual, serta lama operasi, maka dipilih LMA. Terapi cairan dan tranfusi berprinsip memenuhi kebutuhan maintenans operasi, pengganti puasa, dan stress operasi selama durasi operasi, serta memberikan cairan pengganti perdarahan apabila perdarahan yang terjadi < 20 % dari perkiraan volume darah dan apabila > 20%, berikan tranfusi darah.

Pemulihan anestesi dilakukan segera setelah operasi, hentian aliran obat anesthesia, berikan oksigen 100%, berikan obat penawar pelumpuh otot, bersihkan jalan nafas, ekstubasi dilakukan setelah pasien nafas spontan dan adekuat serta jalan nafas sudah bersih. Pasca bedah/ anestesi, pasien dirawat diruang pulih (PACU), sesuai dengan tata laksana pasca anestesi, perhatian khusus pada periode ini adalah ancaman depresi nafas akibta nyeri dan kompresi luka operasi, pasien dikirim ke ruangan setelah memenuhi kriteria penegeluaran.

Anastesi umum adalah tindakan anestesi dilakukan dengan menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor terjadinya kecelakaan dalam anestesia. Sebelum pasien dibedah sebaiknya dilakukan kunjungan pasien terlebih dahulu sehingga pada waktu pasien dibedah pasien dalam keadaan bugar. Tujuan kunjungan praanestesi adalah untuk mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 

Laryngeal mask airway (LMA) adalah supraglottic airway device yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. Archi Brain. Alat ini telah digunakan sejak 1988 dan pada mulanya didesain untuk digunakan pada ruang operasi sebagai suatu metode vetilasi elektif, serta merupakan alternatif yang baik untuk bag-valve-mask ventilation, membebaskan tangan tenaga medis, dan dengan keuntungan minimalnya distensi lambung. LMA juga sudah cukup sering digunakan untuk emergensi sebagai alat aksesoris untuk mengelola airway yang sulit.  

Comments