HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOSIS


Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis

Definisi Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis. Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.

Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes melitus di mana penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes tipe II.
Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM. Secara klinik diperlihatkan dengan hiperglikemia berat yang mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada ketosis/ada tapi ringan dan gangguan neurologis
B.     Etiologi Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik / Penyebab Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
1.      Insufisiensi insulin
a.       DM, pankreatitis, pankreatektomi
b.      Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid)
2.      Increase exogenous glukose
a.       Hiperalimentation (tpn)
b.      High kalori enteral feeding
3.      Increase  endogenous glukosa
a.       Acute stress (ami, infeksi)
b.      Pharmakologic (glukokortikoid, steroid, thiroid)
4.      Infeksi: pneumonia, sepsis, gastroenteritis.
5.      Penyakit akut: perdarahan gastrointestinal, pankreatitits dan gangguan kardiovaskular.
6.      Pembedahan/operasi.
7.      Pemberian cairan hipertonik.
8.      Luka bakar.
Faktor risiko Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik :
1.      Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)
2.      Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman, atau IMT>27 (kg/m2)
3.      Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)
4.      Riwayat keluarga DM
5.      Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6.      Riwayat DM pada kehamilan
7.      Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)
8.      Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
(http://endokrinologi.freeservers.com)
C.    Manifestasi Klinik Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik / Gejala Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Tanda dan gejala umum KHNK adalah haus, kulit terasa hangat dan kering, mual dan muntah, nafsu makan menurun (penurunan berat badan), nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur, banyak kencing, mudah lelah, polidipsi, poliuria, penurunan kesadaran.
Gejala-gejala Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik  meliputi :
1.      Agak mengantuk, insiden stupor atau sering koma.
2.      Poliuria selam 1 -3 hari sebelum gejala klinis timbul.
3.      Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas.
4.      Penipisan volume sangat berlebihan (dehidrasi, hipovolemi).
5.      Glukosa serum mencapai 600 mg/dl sampai 2400 mg/dl.
6.      Kadang-kadang terdapat gejala-gejala gastrointestinal.
7.      Hipernatremia.
8.      Kegagalan mekanisme haus yang mengakibatkan pencernaan air tidak adekuat.
9.      Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang setempat).
10.  Kerusakan fungsi ginjal.
11.  Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.
12.  Kadar CO2 normal.
13.  Celah anion kurang dari 7 mEq/L.
14.  Kalium serum biasanya normal.
15.  Tidak ada ketonemia.
16.  Asidosis ringan.
D.    Patofisiologi Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik / Patogenesis Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat.  Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma.
Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.
E.     Diagnosis Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Kriteria .diagnosis Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah :
·         Hiperglikemia > 600 mg%
·         Osmolalitas serum > 350 mOsm/ kg
·         pH > 7,3
·         Bikarbonat serum > 15 mEq/L
·         Anioan gap normal
F.     Pemeriksaan Penunjang Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Pemeriksaan laboratorium Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik sangat membantu untuk membedakan dengan ketoasidosis diabetic. Kadar glukosa darah > 600 mg%, aseton negative, dan beberapa tambahan yang perlu diperhatikan : adanya hipertermia, hiperkalemia, azotemia, kadar blood urea nitrogen (BUN): kreatinin = 30 : 1 (normal 10:1), bikarbonat serum > 17,4 mEq/l. Bila pemeriksaan osmolalitas serum belum dapat dilakukan, maka dapat dipergunakan formula :
G.    Penatalaksanaan Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik / Penanganan Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Pengobatan Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik :
1.      Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan
NACL bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia.
Gklukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%. Infus glukosa 5% harus disesuaikan untuk mempertahankan kadar glukosa darah 250-300 mg% agar resiko edema serebri berkurang.
2.      Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik.
3.      Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik.. Dengan ditiadakan asidosis, hiperglikemia pada mulanya mungkin tidak ada kecuali bila terdapat gagal ginjal. Kekurangan kalium total dan terapi kalium pengganti lebih sedikit dibandingkan KAD. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan.
4.      Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter