Fraktur
merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin pesatnya
kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai
kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan
dan kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang dapat
menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan
cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat
tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan
insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.
Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur
ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Sedangkan fraktur terbuka merupakan
suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui
kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi
berupa infeksi.
fraktur terbuka merupakan suatu keadaan
darurat yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi
resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal
yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu
operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang
berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting
yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini
membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan
prognosa fraktur terbuka.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:
- Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis fraktur terbuka.
- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
- Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada beberapa literatur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Fraktur Terbuka
Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Dimana trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh
(Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur
dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga
terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus
kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau
trauma langsung (chairuddin rasjad,2008).
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan
darurat yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi
resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal
yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu
operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang
berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting
yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat (chairuddin
rasjad,2008).
Patah tulang terbuka adalah patah tulang
dimana fragmen tulang yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan
dunia luar (PDT ortopedi,2008)
2.2 Etiologi dan Patofisiologi Fraktur Terbuka
Penyebab dari Fraktur terbuka adalah
Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat itu Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan.
Sedangkan Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena
- penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
- Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
2.3 Klasifikasi Fraktur Terbuka
klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)
TIPE 1
Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya,
biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang menembus kulit.
terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda2 trauma
yang hebat pada jaringan lunak. fraktur yang terjadi biasanya bersifat
simple, transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif.
TIPE 2
Laserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak
ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit. terdapat kerusakan
yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur.
TIPE 3
Terdapat kerusakan yang hebat dari
jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur neurovaskuler dengan
kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena trauma
dengan kecepatan tinggi.
tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:
TIPE 3 a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang
patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap.
fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat
TIPE 3 b
Fraktur di sertai dengan trauma yang
hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat pendorongan
periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif
yang hebat.
TIPE 3 c
Fraktur terbuka yang disertai dengan
kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat
kerusakan jaringan lunak.
2.4 Diagnosis Fraktur Terbuka
Anamnesis
—-Biasanya penderita datang dengan suatu
trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan
diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis
harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi
di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
-
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain,
misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga
toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
-
Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum penderita secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering atau basah
- Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau fraktur terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
- Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organlain
- Perhatikan kondisi mental penderita
- Keadaan vaskularisasi
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangatnyeri.
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
- Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena
- Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma , temperatur kulit
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
—-Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan
pasif sendi proksimal dan distal dari
daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap
gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
4. Pemeriksaan neurologis
—-Pemeriksaan neurologis berupa
pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi kelelahan
neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelaianan
saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat
menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta
merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.
5. Pemeriksaan radiologis
—-Pemeriksaan radiologis diperlukan
untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk
menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka
sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk
imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
2.5 Penatalaksanaan Fraktur Terbuka
penanggulangan fraktur terbuka
beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur tebuka:
- obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan.
- adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian.
- berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.
- segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik
- ulangi debrideman 24-72 jam berikutnya
- stabilisasi fraktur.
- biarkan luka tebuka antara 5-7 hari
- lakukan bone graft autogenous secepatnya
- rehabilitasi anggota gerak yang terkena
TAHAP-TAHAP PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA
- pembersihan luka
pembersihan luka dilakukan dengan cara
irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan
benda asing yang melekat.
- eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)
semua jaringan yang kehilangan
vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga
diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus,
lemak, fascia, otot dan fragmen2 yang lepas
- pengobatan fraktur itu sendiri
fraktur dengan luka yang hebat
memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi
eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan
fiksasi eksterna.
- penutupan kulit
apabila fraktur terbuka diobati dalam
waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan), maka
sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila penutupan membuat
kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta
pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada
luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi
tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed
primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit
tidak dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.
- pemberian antibiotic
pemberian antibiotik bertujuan untuk
mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum,
pada saat dan sesuadah tindakan operasi
- pencegahan tetanus
semua penderita dengan fraktur terbuka
perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita yang telah mendapat
imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum,
dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia)
2.6 Komplikasi Fraktur Terbuka
- perdarahan, syok septik sampai kematian
- septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik
- tetanus
- gangrene
- perdarahan sekunder
- osteomielitis kronik
- delayed union
- non union dan malunion
- kekakuan sendi
- Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama (chairuddin rasjad,2008).
2.7 Prognosis Fraktur Terbuka
Semua
patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya
barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk
terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah
tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi.
Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode
terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai
walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya, tulang secara
primer menempati urutan prioritas ke 6.
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur
dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga
terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus
kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau
trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan
darurat yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi
resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal
yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu
operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang
berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting
yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi
karena penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang atau
Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit. Klasifikasi
yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)
Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif Watampone, 2008. 332-334.
Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005. 840-841.
Newton CD. Etiology, Classification, and Diagnosis of Fracture. http://www.ivis.org [diakses 14 Mei 2011].
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.346-370
Brinker. Review Of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001. 127-135.
Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2. Jakarta: EGC, 2000.284.